Friday 24 March 2017

Kenapa ya, Ahok Diserang, Ahok Semakin Moncer banget

Jakarta - Tensi politik DKI Jakarta menjelang pendaftaran pasangan calon semakin tinggi. Serangan terhadap calon kepala daerah petahana Basuki T Purnama alias Ahok dan bakal calon lain akan semakin kencar. Namun, semakin gencar serangan terhadap Ahok, popularitas dia semakin naik.
“Saat ini masih banyak partai yang belum mengumumkan sikap, khususnya PDI-P, yang memiliki golden ticket di Pilgub DKI Jakarta mendatang. Jadi, suhu politik Jakarta akan terus panas,” ujar peneliti Populi Center Nona Evita Nona kepada Suara Pembaruan di Jakarta, Kamis (8/9).

Setelah diterpa isu hukum, seperti kasus Rumah Sakit Sumber Waras dan reklamasi pantai utara Jakarta, kata Nona, Ahok sekarang dihantam isu-isu terkait suku, agama, dan ras (SARA) dan juga isu penggusuran atau lebih tepat isu relokasi. Namun, Nona menilai kedua isu belum cukup kuat menggerus elektabikitas Ahok.

“Kalau untuk menggerus elektabilitas Ahok, isu-isu ini belum cukup kuat, karena dari data survei kami ternyata masih banyak masyarakat yang puas dengan kinerja petahana,” ujarnya. Selain itu, kata dia, pemilih DKI Jakarta memiliki literasi politik yang baik mengingat sudah rasional dalam menentukan pilihan.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menambahkan, serangan untuk menjatuhkan Ahok memang akan semakin masif. Namun, Ahok dinilai mendapat keuntungan positif atas berbagai serangan itu.

“Serangan pasti masif. Tetapi, jangan dianggap serangan yang kian masif itu jelek buat Ahok. Bisa positif. Ahok berada pada posisi sebagai korban politik, sehingga masyarakat menjadi simpati,” katanya.
Dikatakan, isu SARA tidak akan efektif terhadap Ahok. Elektabilitas Ahok dapat sedikit terganggu justru terkait dengan kasus-kasus penggusuran. Namun, pengaruhnya akan terasa jika isu itu diangkap secara empirik. “Kalau secara data Ahok salah, maka elektabilitasnya bisa turun. Kalau serangan tidak berbasis data, itu justru akan menaikkan Ahok,” katanya.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens mengatakan, serangan atas Ahok sangat sia-sia. “Boleh-boleh saja ada pengaruhnya isu SARA, tapi tidak signifikan. Masyarakat memiliki hati nurani untuk mengukur dan mempunyai otonomi untuk menentukan pilihan,” katanya.
Dikatakan, kampanye hitam merupakan proses politik yang tidak sehat. “Itu semua dilakukan lawan-lawan Ahok yang tidak cerdas dan tidak siap berdemokrasi. Ini yang saya sebut mereka itu kelompok pecundang,” tukasnya.

Sementara itu, menanggapi video yang mengandung isu SARA oleh mahasiswa UI dan menyerang dirinya, Ahok mengatakan, hal tersebut tidak pantas disampaikan oleh seorang mahasiswa. Ahok mengaku kesal dengan mahasiswa yang membuat video seperti itu.
“Saya pikir dia melanggar. Saya tidak berhak mengurus UI. Tetapi, kalau saya, akan saya pecat mahasiswa begitu,” kata Ahok.

Sebab, ujarnya, universitas merupakan tempat mereka kuliah dan dibiayai negara dengan memakai uang APBN. Dengan demikian, ujarnya, mahasiswa tersebut dibiayai seseorang untuk melakukan hal tidak terpuji seperti itu.

“Saya tidak rela uang pajak dari hasil kerja saya untuk membiayai seorang mahasiswa yang ketika lulus nanti menjadi seorang yang rasis. Seharusnya dia dikeluarkan. Bila perlu dia pindah ke Timur Tengah, bikin parpol kalau mau menumbangkan Pancasila,” ujarnya.



Suara Pembaruan
Yustinus Paat/Carlos KY Paath/AO
Suara Pembaruan

No comments:

Post a Comment